Rabu, 28 September 2016

Rumah Ulin Tua Martapura

28 September 2016
Saya datang ke Kalimantan Selatan bersama dengan Ibu
Awal niat hanya untuk ziaroh di makam para ulama besar
Seperti Kalampaian dan Guru Sekumpul
Tak lupa sebelum dan sesudah ziaroh saya sempatkan membaca sejarah kehidupan beliau dalam menyebarkan agama Islam di tanah Kalimantan
Susah, letih, fitnah, ikhlas, para ulama-ulama Kalimantan dalam dakwah Islam. Alhamdulillah. Masyarakat tidak melupakan nama beliau walau sudah lama tutup usia 😀
Jas Merah
Jangan Lupakan Sejarah (kata Pak Karno)
Betul lah, itu untuk mengukur usaha beliau. Betapa saya sangat bersyukur. Sekarang lingkungan sini dijaga adab islam nya tanpa menyingkirkan budaya luhur setempat.

Abah saya lahir di Martapura,
Daerah Teluk Selong Ulu tepatnya
Mengunjungi daerah yang sangat lain suasana dengan kampung asal saya di Jawa.
Ketika itu saya tidak tahu kalau akan dibawa ke Rumah kelahiran Abah.
Berawal dari Ziaroh Ke Guru Sekumpul, lalu bertemu dengan Nenek yang ternyata itu adalah Sepupu dari Abah, diajaklah saya dan Umi ke rumah nya. Teringat kalau tidak salah kunjungan 2010 terakhir, Rumah itu pelataran depan masih belum menjadi toko.
Sekarang zaman sudah berubah, era bisnis dan usaha halal kian berkembang.
Bahkan sampai selesai transaksi jual beli, penjual mengucap "jual" ketika memberikan kembalian dan atau barang yg telah saya dibeli. Akad.
Kami dipersilakan duduk di dalam Rumah.
Tipe Rumah di Banjar, hampir semua sama, di dalam pasti ada ruangan besar, bagian depan rumah, kosong tak banyak barang, karpet digelar, jarang melihat meja kursi, langsung sebagai ruang keluarga, fungsi nya banyak sekali, mungkin siap menerima tamu dalam jumlah besar, meletakkan barang dagangannya, banyak.
Bercakap-cakap kami, menanyakan kabar, memberi kabar, keluarga yg menikah, memiliki anak, keluarga yang sudah meninggal, terutama kami suka menanyakan silsilah kekeluargaan. Kabar ada anak beliau yang barusan pulang dari Tanah suci Mekkah melaksanakan ibadah haji menjadi prioritas kami segera untuk bertemu dan meminta doa (Ziaroh Haji) diantarkan lah oleh salah seorang anak beliau, Sodik, menuju lah kami ke Teluk Selong Ulu.
Sesampai di sana, kami mengetok pintu, dan Umik menunjuk di sebuah Rumah Kayu tua, memberitahukan bahwa itu Rumah Abah ku dilahirkan.
Langsung secara spontan mengaktifkan kamera 2megapixels ini untuk mengabadikan gambar tersebut.
Semoga ini jadi kenangan, dan dapat memicu rasa bersyukur, bahwa dahulu Abah, dari keluarga yang tidak punya. Hijrah ke Jawa waktu usia sangat kecil, hidup berusaha membesarkan kami 12 anak-anak nya. Bahwa ketelitian, keuletan, kesabaran, menjadikan Abah sesukses sekarang ini.
Alhamdulillah.
Terima kasih, Abah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar